Total Pageviews

Thursday, January 8, 2009

Konsekuensi Logis Kedua

“Ibunya Ibadah adalah Sholat, Ibunya Amal adalah Da’wah, dan Ibunya Al_qur’an adalah Al-Fatihah”

Dari kutipan hadist barusan gw mendapatkan pemahaman dari seorang kawan bahwa bila ingin mendapatkan ibadah lainnya, maka lakukanlah sholat terlebih dahulu. Karena disebut sebagai ibunya ibadah, maka sholat memiliki keistimewaan tersendiri yang dapat menghantarkan kita mendapatkan ibadah lainnya. Kawan gw itu menganalogikan dengan menangkap gerombolan penjahat. Bila kita sudah menangkap gembong penjahatnya, maka anak buahnya pun akan tertangkap. Gw mengamini pendapat kawan gw tersebut. Dari analogi barusan, gw mendapatkan sanggahan dari seorang teman. Dia bilang, bahwa “Ga otomatis kaya gitu. Ga mentang-mentang udah nangkep ketua penjahat, terus anak buahnya akan tertangkap secara otomatis. Harus ada usaha lanjutan untuk menangkap anak buahnya”. “ga bisa dibilang juga, kalo udah sholat, maka ibadah lainnya akan otomatis kita dapatkan”

Sebenarnya gw sepakat sama pendapat temen gw barusan. Gw juga ga sepakat bila dikatakan bahwa setelah melakukan sholat maka akan secara otomatis mendapatkan ibadah lainnya. Sangat tidak mungkin pula bila kita berharap setelah menangkap ketua dari gerombolan penjahat, anak buahnya akan ikut tertangkap bila kita tidak berusaha menangkap mereka. Begitu pula dengan ibadah. Kalau hanya sholat saja tapi tidak berusaha melakukan ibadah lainnya, maka jangan berharap kita akan mendapatkan ibadah lainnya tersebut. Harus ada upaya lanjutan untuk melakukan ibadah-ibadah tersebut.

Jangan-jangan ada yang salah sama penyampaian gw, sehingga analogi gw di diinterpretasikan bahwa cukup hanya dengan melakukan sholat, maka ibadah lainnya akan kita dapatkan tanpa usaha. Sekali lagi gw tekankan, bahwa pun sholat adalah ibunya ibadah, tidak serta merta dan otomatis kita mendapatkan ibadah lainnya bila kita tidak berupaya untuk melakukannya.

Maksud dari analogi menangkap gembong penjahat adalah seperti ini. Bila kita ingin menangkap gerombolan penjahat, maka tangkaplah ketuanya terlebih dahulu. Baru menangkap anak buahnya. Bila ketuanya telah kita tangkap, maka akan lebih mudah untuk menangkap anak buahnya. Akan ada motivasi yang timbul karena tertangkapnya ketua penjahat tersebut. “Ketuanya sudah tertangkap, sekalian saja tangkap anak buahnya”, ini motivasi yang pertama. Atau motivasi seperti ini “Kita khan bisa menangkap ketuanya, berarti bisa dong menangkap anak buahnya”.

Serupa dengan sholat. Sholat sebagai ibunya ibadah memang mempunyai keistimewaan yang dapat menghantarkan kita untuk melakukan ibadah lainnya. Kenapa bisa begitu? Sholat adalah bentuk penghambaan dan penyembahan kepada Allah. Bila kita melakukan sholat berarti kita mengakui Allah sebagai pencipta kita, sebagai zat yang Maha Segalanya. Bahwa Allah akan mengawasi segala gerak-gerik, tindak-tanduk, dan perilaku kita selama di dunia. Bila pemahaman ini sudah ada di otak dan hati kita, maka kita akan menjaga perilaku kita agar senantiasa baik. Kita akan berusaha untuk tidak melakukan hal buruk, karena kita tahu, sadar, dan paham bahwa kita selalu diawasi oleh Allah. Bahwa segala tindakan kita akan dicatat oleh Allah dan akan dimintai pertanggungjawaban kelak di hari kiamat. Dengan pemahaman seperti ini, maka setelah kita sholat, kita akan berusaha untuk melakukan ibadah lainnya. Kita akan selalu berupaya untuk berbuat kebaikan di dunia. Kita akan termotivasi untuk memakmurkan anak yatim. Kita akan berusaha untuk menolong orang yang kesusahan. Kita akan senantiasa berbuat baik kepada semua orang. Kita akan mengedepankan usaha dan kerja keras untuk mencapai tujuan. Kita akan menghindari segala bentuk kecurangan dan penyelewengan kekuasaan.

Dari penjabaran barusan dapat disimpulkan bahwa konsekuensi logis melakukan sholat adalah adanya timbulnya kesadaran untuk melakukan segala macam bentuk ibadah lainnya. Kesadaran untuk selalu berusaha melakukan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran.

“Sesungguhnya sholat mencegah perbuatan keji dan munkar”

No comments:

Post a Comment