Total Pageviews

Thursday, January 8, 2009

Konsekuensi Logis Kesatu

Konsekuensi Logis Kesatu


Gw pernah berada dalam satu masa dimana gw yakin dan percaya bahwa tanpa gw melakukan sholat pun Allah pasti membalas semua kebaikan lain yang gw lakukan dan nantinya gw tetap bisa masuk surga. Allah khan Maha Pemurah, Maha Penyayang pada tiap makhluknya. Apalagi sama gw, gw khan selalu melakukan hal baik, ga pernah berniat menyakiti orang lain (pun dalam kenyataannya perilaku gw kadang menyakiti orang lain), berusaha menebarkan kebermanfaatan bagi sekitar (yang namanya usaha, kadang berhasil kadang enggak) , endebla, endebla.

Pastinya gw melakukan kesalahan, manusia kan selalu tak luput dari salah dan lupa. Tapi karena ini sudah sifat dasar manusia, jadi wajar aja kalo gw juga begitu. Pasti Allah lebih ngerti lah, Dia khan Maha Tahu. Dia pasti tahu apa yang ada di lubuk hati gw terdalam, bahwa gw selalu berniat untuk berbuat baik. Pun kenyataannya kadang tidak. Tapi gw khan manusia, wajar dong salah. Yah, pun masuk neraka, paling cuma sebentar untuk nyuci dosa. Terus setelah dosa gw tertebus, nanti gw akan masuk surga. Selama gw masih meyakini dan percaya bahwa Allah adalah Tuhan satu-satunya dan Nabi Muhammad SAW adalah utusannya.

Dari pemikiran di atas ga salah kalo dibilang bahwa proses berpikir gw belum matang. Karena gw masih melakukan kesalahan berpikir yang umum dilakukan para remaja. Meminjam istilah Elkind, namanya Personal Fable. Ngerasa bahwa gw ini istimewa. Jadi ga mungkin kalo hal buruk terjadi pada gw. Akhirnya gw memahami bahwa pemikiran gw ini salah. Yang namanya hal buruk bisa terjadi pada siapa saja. Ga terkecuali gw. Jadi mungkin aja gw masuk neraka. Untuk selama-lamanya.

Kembali kepada argumen gw bahwa tanpa sholat pun gw pasti bisa masuk surga, karena gw sudah melakukan kebaikan-kebaikan lain yang diperintahkan oleh Allah. Selama gw masih mengakui dan meyakini bahwa Allah adalah Tuhan gw, maka cukuplah dengan seperti itu. Ga perlu lah ritual sholat segala. Toh Allah maha mengetahui, Dia pasti tahu isi hati gw sebenarnya. Walaupun gw ga sholat, di dalam hati gw meyakini bahwa tiada Tuhan selain Allah.

Belum lagi kenyataan di luar sana yang menunjukkan bahwa banyak banget orang yang sholatnya rajin setengah mampus tapi kelakuannya jahat. Ada ustadz nyabulin muridnya lah. Ada haji yang jadi rentenir lah. Bahkan menurut penuturan langsung PSK di Gongseng, dia juga rajin sholat pun masih juga menjajakan tubuhnya. Lebih jauh lagi, ada segerombolan massa yang melakukan pengrusakan dan penghancuran dengan dalih agama Islam dan perintah Allah. Oleh karena itu gw berkesimpulan, ga penting lah gimana sholat gw, yang penting gw melakukan kebaikan sepanjang usia gw. Argumen-argumen inilah yang gw jadikan dasar kenapa gw memilih untuk mengesampingkan sholat dibanding berbuat kebaikan yang lain.

Gw berusaha untuk menelaah argumen gw barusan. Pertama gw berpendapat bahwa tanpa sholat pun gw bisa masuk surga selama gw melakukan kebaikan lainnya dan tetap percaya dan yakin bahwa Allah lah Tuhan satu-satunya. Dari sini ternyata ada celah yang dapat dikritisi. Ngakunya percaya dan yakin kalo Allah adalah Tuhan satu-satunya. Buktinya mana? Memang Allah Maha Mengetahui, jadi pastinya Dia tahu isi hati gw. Tapi apakah cukup hanya seperti itu. Kalau memang cukup seperti itu, lalu buat apa Allah nyuruh sholat? Ga mungkin cuma iseng doang khan?

Sholat adalah ibadah utama sebagai bentuk penghambaan dan penyembahan. Setelah gw mengakui bahwa hanya ada satu Tuhan yaitu Allah. Sudah seharusnya gw menyembah Dia. Nah, gimana caranya nyembah? Kalo menurut ajaran agama Islam yang gw anut, sholatlah caranya. Jadi sangat aneh kalo gw mikir ga perlu sholat. Sholat lah bukti penghambaan gw dan penyembahan gw kepada Allah. Gw ga bermaksud mengatakan bahwa kita perlu membuktikan bahwa kita sudah sholat kepada orang lain. Ga perlulah hal itu, ini hanya hubungan gw dengan Allah. Biar hanya Allah yang tahu gw sholat apa ga. Tapi gw berani menyatakan sikap, bahwa pemikiran yang menyatakan bahwa kita ga perlu sholat adalah pemikiran yang salah. Konsekuensi logis dari penghambaan adalah menyembah. Bila sudah menyatakan sebagai seorang Muslim, maka sholatlah.

Soal argumen gw yang kedua, yaitu banyak orang yang sholat tapi kelakuannya jahat. Sebenernya hal ini ga bisa dijadikan alasan untuk tidak melakukan sholat. Sholat adalah bentuk hubungan kita sebagai makhluk, dengan Allah sebagai Sang Khalik. Sedangkan argumen gw yang kedua ini menekankan pada hubungan antar manusia. Yang sejujurnya gw ga punya kuasa atas hal itu. Lagian gw mana tahu orang lain sholat apa ga? Apa bener ustadz yang nyabulin muridnya itu sholat? Orang-orang yang melakukan pengrusakan atas nama agama dan Tuhan itu benar-benar sudah sholat? Hanya Allah yang tahu dan biarkan Allah yang memberikan penilaian.

Poin penting dari tulisan ini adalah bahwa ada konsekuensi logis yang harus kita terima setelah menyatakan mempunyai Tuhan, yaitu menyembahnya. Kalau kita sudah mengucapkan dua kalimat syahadat, maka konsekuensi logisnya adalah sholat. Hal yang serupa berlaku bagi pemeluk agama dan aliran kepercayaan lainnya. Pun bentuk ibadah penyembahannya berbeda-beda.

No comments:

Post a Comment