Total Pageviews

Monday, March 16, 2009

Konsekuensi Logis Keduabelas


Alternatif cara menggagalkan UU BHP

Hari kamis tanggal 12 maret 2009 temen2 dari UI melakukan aksi demonstrasi ke Mahkamah Agung sebagai bentuk aksi solidaritas bagi temen2 ICW yang melakukan judicial review UU BHP dengan tuntutan mencabut UU BHP. sebuah aksi yang cukup jelas isunya, pun msih disayangkan kurangnya propaganda mengenai hal itu. tapi bukan masalah aksi yang ingin dibahas dalam tulisan ini. setiap orang berhak untuk menyuarakan pendapatnya dalam alam demokrasi ini. setiap cara pun boleh dilakukan selama tidak bertentangan dengan hukum positif yang berlaku di negara ini. oleh karena itulah saya disini mencoba memberikan alternatif cara bagi temen-temen yang mau mencabut UU BHP dari daftar perundang-undangan yang berlaku di indonesia.

Masih dalam konteks pemilu. tanggal 9 april nanti kita akan melaksanakan hajatan akbar negara yang menentukan jalannya negara selama lima tahun kedepan. menilik paradigma sebab-akibat, semua hal pasti disebabkan oleh sesuatu. dan semua hal juga mengakibatkan sesuatu juga. dalam konteks pemilu, siapa-siapa yang kita pilih akan menentukan seperti apa negara kan dijalankan, UU apa saja yang akan dibuat, dan tentu saja UU apa saja yang akan direvisi atau bahkan dicabut.

Berhubung belum ada yang terpilih dan para caleg, dan nantinya capres, masih membutuhkan dukungan berupa suara. saya rasa mahasiswa mempunyai "bargain power" yang cukup besar untuk tawar-menawar dengan para caleg dan atau capres. alternatif cara yang ditawarkan adalah tawarkan kepada caleg dan atau capres dukungan suara mahasiswa dengan adanya ontrak politik hal-hal yang jadi perjuangan mahasiswa sekarang. tidak seperti sekarang, mahasiswa dengan arogannya meminta kontrak politik tanpa adanya kontra prestasi kepada caleg dan capres tersebut.sudah tidak zamannya lagi mahasiswa berdiri tanpa memihak. kita dibekali pemahaman dan pendidikan yang lebih tinggi dari kebanyakan pemuda indonesia lainnya. kenapa tidak kita manfaatkan hal itu. apa susahnya mahasiswa menyatakan dukungan terhadap satu pihak, tentunya dengan alasan yang sesuai dengan pemahaman dan pemikiran kita yang katanya lebih intelek. apa kita takut untuk bertanggung jawab atas apa-apa yang kita lakukan?

tapi, sepertinya alternatif cara yang saya ajukan ini tidak seperti alternatif pada umumnya, yang biasanya menawarkan cara yang lebih mudah. cari ini memang lebih sulit dibandingkan cara yang selama ini teman-teman mahasiswa lakukan. apalagi dengan kondisi dalam tubuh mahasiswa yang banyak faksi dan pertentangan, alternatif cara yang saya ajukan sepertinya sangat tidak mungkin untuk dilaksanakan. sekarang saya berfikir, merenung, dan membayangkan, kapan sekiranya alternatif cara tersebut dapat dijalankan???

No comments:

Post a Comment