Total Pageviews

Wednesday, January 28, 2009

Konsekuensi Logis Kelima






Lagi liat-liat foto-foto backpackingan ke yogya. Pengalam menyenangkan yang tak mungkin khan dilupa. secara sengaja. ga tahu deh kalo ternyata kapasitas memori otak terbatas sehingga tidak bisa mempertahankan ingatan ini karena terdesak oleh ingatan yang lebih baru..

untungnya jaman sudah canggih, ingatan yang sebegitu banyaknya, tidak perlu untuk disimpan semua di otak. sedikit melegakan buat kapasitas otak. teknologi yang berketepatan digunakan untuk menyimpan memori berkegiatan kali ini adalah kamera digital. banyak banget gambar-gambar yang bisa dijadikan kenangan untuk masa depan, kali aja buat anak-cucu kelak. hahaha

wuih.. ada beberapa gambar yang bagus neh. tapi kurang gimana gitu. sepertinya seru kalo dikasih efek. niatan ini harus gw wujudin. padahal sama sekali ga ngerti gimana caranya bikin efek di foto. untungnya ada software ajaib buah kemajuan teknologi yang diberi tajuk Adobe Photoshops. berhubung udah punya kemauan, konsekuensi logis yang timbul untuk pemenuhan kemauan itu adalah harus nyari jalan. terpaksa dah uprak-uprek berbagai macam aplikasi Photoshop yang namanya aja udah bikin puyeng. tapi namanyua juga udah punya niat, apapun dijalanin..

satu jam kemudian. akhirnya tahu bagaimana cara menggunakan adobe photoshop.

setengah jam berikutnya. berhasil bikin satu foto dengan efek.

ga sampe lima menit, udah ada tiga foto dengan efek yang sama.

bangga juga sama diri sendiri. ternyata bisa juga memaksa diri untuk berlama-lama mengerjakan sebuah hal yang sebenernya susah buat gw. ingin sedikit bersombong ria, maka kuucapkan sambutlah dunia untuk percobaan pertama karya saya ^_^

Selamat Menikmati...

Saturday, January 24, 2009

Konsekuensi Logis Keempat

PERINGATAN !!!

Hawa perkebunan teh dapat menyebabkan bengong, serangan kantuk, kemalasan, dan gangguan hati dan perasaan

Friday, January 23, 2009

Konsekuensi Logis Ketiga

Lebih-kurang seminggu lamanya jalan-jalan menyusuri pantai di selatan Yogyakarta dengan beban di punggung seberat belasan kilogram. Ditambah menjelajah keindahan dan keunikan kota Yogya, meninggalkan kesan yang cukup mendalam. Begitu juga kekasih yang belum saatnya tuk pulang.

Kembali ke Jakarta menumpang kereta api ekonomi dengan fasilitas udara segar berhembus kencang sepanjang malam. Memaksakan tidur beralaskan selembar koran, lumayan, bisa tidur dua jam. Sampai di rumah 12 jam kemudian.

Berbagi cerita dengan orang rumah yang sudah sangat kurindukan, juga kusayang. Tak terasa hari sudah beranjak siang, bersiap tuk berangkat menuntaskan janji yang sudah diucapkan. Kembali lagi ke rumah, lewat tiga perempat malam.

Esoknya, rutinitas yang lebih kurang sama kulakukan. Juga 2 hari kemudian. Remuklah badan.

Thursday, January 8, 2009

Konsekuensi Logis Kedua

“Ibunya Ibadah adalah Sholat, Ibunya Amal adalah Da’wah, dan Ibunya Al_qur’an adalah Al-Fatihah”

Dari kutipan hadist barusan gw mendapatkan pemahaman dari seorang kawan bahwa bila ingin mendapatkan ibadah lainnya, maka lakukanlah sholat terlebih dahulu. Karena disebut sebagai ibunya ibadah, maka sholat memiliki keistimewaan tersendiri yang dapat menghantarkan kita mendapatkan ibadah lainnya. Kawan gw itu menganalogikan dengan menangkap gerombolan penjahat. Bila kita sudah menangkap gembong penjahatnya, maka anak buahnya pun akan tertangkap. Gw mengamini pendapat kawan gw tersebut. Dari analogi barusan, gw mendapatkan sanggahan dari seorang teman. Dia bilang, bahwa “Ga otomatis kaya gitu. Ga mentang-mentang udah nangkep ketua penjahat, terus anak buahnya akan tertangkap secara otomatis. Harus ada usaha lanjutan untuk menangkap anak buahnya”. “ga bisa dibilang juga, kalo udah sholat, maka ibadah lainnya akan otomatis kita dapatkan”

Sebenarnya gw sepakat sama pendapat temen gw barusan. Gw juga ga sepakat bila dikatakan bahwa setelah melakukan sholat maka akan secara otomatis mendapatkan ibadah lainnya. Sangat tidak mungkin pula bila kita berharap setelah menangkap ketua dari gerombolan penjahat, anak buahnya akan ikut tertangkap bila kita tidak berusaha menangkap mereka. Begitu pula dengan ibadah. Kalau hanya sholat saja tapi tidak berusaha melakukan ibadah lainnya, maka jangan berharap kita akan mendapatkan ibadah lainnya tersebut. Harus ada upaya lanjutan untuk melakukan ibadah-ibadah tersebut.

Jangan-jangan ada yang salah sama penyampaian gw, sehingga analogi gw di diinterpretasikan bahwa cukup hanya dengan melakukan sholat, maka ibadah lainnya akan kita dapatkan tanpa usaha. Sekali lagi gw tekankan, bahwa pun sholat adalah ibunya ibadah, tidak serta merta dan otomatis kita mendapatkan ibadah lainnya bila kita tidak berupaya untuk melakukannya.

Maksud dari analogi menangkap gembong penjahat adalah seperti ini. Bila kita ingin menangkap gerombolan penjahat, maka tangkaplah ketuanya terlebih dahulu. Baru menangkap anak buahnya. Bila ketuanya telah kita tangkap, maka akan lebih mudah untuk menangkap anak buahnya. Akan ada motivasi yang timbul karena tertangkapnya ketua penjahat tersebut. “Ketuanya sudah tertangkap, sekalian saja tangkap anak buahnya”, ini motivasi yang pertama. Atau motivasi seperti ini “Kita khan bisa menangkap ketuanya, berarti bisa dong menangkap anak buahnya”.

Serupa dengan sholat. Sholat sebagai ibunya ibadah memang mempunyai keistimewaan yang dapat menghantarkan kita untuk melakukan ibadah lainnya. Kenapa bisa begitu? Sholat adalah bentuk penghambaan dan penyembahan kepada Allah. Bila kita melakukan sholat berarti kita mengakui Allah sebagai pencipta kita, sebagai zat yang Maha Segalanya. Bahwa Allah akan mengawasi segala gerak-gerik, tindak-tanduk, dan perilaku kita selama di dunia. Bila pemahaman ini sudah ada di otak dan hati kita, maka kita akan menjaga perilaku kita agar senantiasa baik. Kita akan berusaha untuk tidak melakukan hal buruk, karena kita tahu, sadar, dan paham bahwa kita selalu diawasi oleh Allah. Bahwa segala tindakan kita akan dicatat oleh Allah dan akan dimintai pertanggungjawaban kelak di hari kiamat. Dengan pemahaman seperti ini, maka setelah kita sholat, kita akan berusaha untuk melakukan ibadah lainnya. Kita akan selalu berupaya untuk berbuat kebaikan di dunia. Kita akan termotivasi untuk memakmurkan anak yatim. Kita akan berusaha untuk menolong orang yang kesusahan. Kita akan senantiasa berbuat baik kepada semua orang. Kita akan mengedepankan usaha dan kerja keras untuk mencapai tujuan. Kita akan menghindari segala bentuk kecurangan dan penyelewengan kekuasaan.

Dari penjabaran barusan dapat disimpulkan bahwa konsekuensi logis melakukan sholat adalah adanya timbulnya kesadaran untuk melakukan segala macam bentuk ibadah lainnya. Kesadaran untuk selalu berusaha melakukan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran.

“Sesungguhnya sholat mencegah perbuatan keji dan munkar”

Konsekuensi Logis Kesatu

Konsekuensi Logis Kesatu


Gw pernah berada dalam satu masa dimana gw yakin dan percaya bahwa tanpa gw melakukan sholat pun Allah pasti membalas semua kebaikan lain yang gw lakukan dan nantinya gw tetap bisa masuk surga. Allah khan Maha Pemurah, Maha Penyayang pada tiap makhluknya. Apalagi sama gw, gw khan selalu melakukan hal baik, ga pernah berniat menyakiti orang lain (pun dalam kenyataannya perilaku gw kadang menyakiti orang lain), berusaha menebarkan kebermanfaatan bagi sekitar (yang namanya usaha, kadang berhasil kadang enggak) , endebla, endebla.

Pastinya gw melakukan kesalahan, manusia kan selalu tak luput dari salah dan lupa. Tapi karena ini sudah sifat dasar manusia, jadi wajar aja kalo gw juga begitu. Pasti Allah lebih ngerti lah, Dia khan Maha Tahu. Dia pasti tahu apa yang ada di lubuk hati gw terdalam, bahwa gw selalu berniat untuk berbuat baik. Pun kenyataannya kadang tidak. Tapi gw khan manusia, wajar dong salah. Yah, pun masuk neraka, paling cuma sebentar untuk nyuci dosa. Terus setelah dosa gw tertebus, nanti gw akan masuk surga. Selama gw masih meyakini dan percaya bahwa Allah adalah Tuhan satu-satunya dan Nabi Muhammad SAW adalah utusannya.

Dari pemikiran di atas ga salah kalo dibilang bahwa proses berpikir gw belum matang. Karena gw masih melakukan kesalahan berpikir yang umum dilakukan para remaja. Meminjam istilah Elkind, namanya Personal Fable. Ngerasa bahwa gw ini istimewa. Jadi ga mungkin kalo hal buruk terjadi pada gw. Akhirnya gw memahami bahwa pemikiran gw ini salah. Yang namanya hal buruk bisa terjadi pada siapa saja. Ga terkecuali gw. Jadi mungkin aja gw masuk neraka. Untuk selama-lamanya.

Kembali kepada argumen gw bahwa tanpa sholat pun gw pasti bisa masuk surga, karena gw sudah melakukan kebaikan-kebaikan lain yang diperintahkan oleh Allah. Selama gw masih mengakui dan meyakini bahwa Allah adalah Tuhan gw, maka cukuplah dengan seperti itu. Ga perlu lah ritual sholat segala. Toh Allah maha mengetahui, Dia pasti tahu isi hati gw sebenarnya. Walaupun gw ga sholat, di dalam hati gw meyakini bahwa tiada Tuhan selain Allah.

Belum lagi kenyataan di luar sana yang menunjukkan bahwa banyak banget orang yang sholatnya rajin setengah mampus tapi kelakuannya jahat. Ada ustadz nyabulin muridnya lah. Ada haji yang jadi rentenir lah. Bahkan menurut penuturan langsung PSK di Gongseng, dia juga rajin sholat pun masih juga menjajakan tubuhnya. Lebih jauh lagi, ada segerombolan massa yang melakukan pengrusakan dan penghancuran dengan dalih agama Islam dan perintah Allah. Oleh karena itu gw berkesimpulan, ga penting lah gimana sholat gw, yang penting gw melakukan kebaikan sepanjang usia gw. Argumen-argumen inilah yang gw jadikan dasar kenapa gw memilih untuk mengesampingkan sholat dibanding berbuat kebaikan yang lain.

Gw berusaha untuk menelaah argumen gw barusan. Pertama gw berpendapat bahwa tanpa sholat pun gw bisa masuk surga selama gw melakukan kebaikan lainnya dan tetap percaya dan yakin bahwa Allah lah Tuhan satu-satunya. Dari sini ternyata ada celah yang dapat dikritisi. Ngakunya percaya dan yakin kalo Allah adalah Tuhan satu-satunya. Buktinya mana? Memang Allah Maha Mengetahui, jadi pastinya Dia tahu isi hati gw. Tapi apakah cukup hanya seperti itu. Kalau memang cukup seperti itu, lalu buat apa Allah nyuruh sholat? Ga mungkin cuma iseng doang khan?

Sholat adalah ibadah utama sebagai bentuk penghambaan dan penyembahan. Setelah gw mengakui bahwa hanya ada satu Tuhan yaitu Allah. Sudah seharusnya gw menyembah Dia. Nah, gimana caranya nyembah? Kalo menurut ajaran agama Islam yang gw anut, sholatlah caranya. Jadi sangat aneh kalo gw mikir ga perlu sholat. Sholat lah bukti penghambaan gw dan penyembahan gw kepada Allah. Gw ga bermaksud mengatakan bahwa kita perlu membuktikan bahwa kita sudah sholat kepada orang lain. Ga perlulah hal itu, ini hanya hubungan gw dengan Allah. Biar hanya Allah yang tahu gw sholat apa ga. Tapi gw berani menyatakan sikap, bahwa pemikiran yang menyatakan bahwa kita ga perlu sholat adalah pemikiran yang salah. Konsekuensi logis dari penghambaan adalah menyembah. Bila sudah menyatakan sebagai seorang Muslim, maka sholatlah.

Soal argumen gw yang kedua, yaitu banyak orang yang sholat tapi kelakuannya jahat. Sebenernya hal ini ga bisa dijadikan alasan untuk tidak melakukan sholat. Sholat adalah bentuk hubungan kita sebagai makhluk, dengan Allah sebagai Sang Khalik. Sedangkan argumen gw yang kedua ini menekankan pada hubungan antar manusia. Yang sejujurnya gw ga punya kuasa atas hal itu. Lagian gw mana tahu orang lain sholat apa ga? Apa bener ustadz yang nyabulin muridnya itu sholat? Orang-orang yang melakukan pengrusakan atas nama agama dan Tuhan itu benar-benar sudah sholat? Hanya Allah yang tahu dan biarkan Allah yang memberikan penilaian.

Poin penting dari tulisan ini adalah bahwa ada konsekuensi logis yang harus kita terima setelah menyatakan mempunyai Tuhan, yaitu menyembahnya. Kalau kita sudah mengucapkan dua kalimat syahadat, maka konsekuensi logisnya adalah sholat. Hal yang serupa berlaku bagi pemeluk agama dan aliran kepercayaan lainnya. Pun bentuk ibadah penyembahannya berbeda-beda.